Bagaimana Cara Terbaik Melindungi Individu dan Komunitas dari COVID-19?

Pencegahan penyebaran COVID-19 perlu dilakukan dalam tataran individu maupun komunitas. (Sumber gambar: Antara)
Pandemi COVID-19 telah berlangsung lama dan harus diakui titik usainya belum terlihat sama sekali. Pemerintah dunia tengah berupaya sekuat tenaga menurunkan jumlah kasus, sekaligus menyelamatkan banyak nyawa dengan serangkaian strategi maupun regulasi.
Persoalannya, pandemi adalah situasi krisis kesehatan sehingga menuntut bukan hanya kesiapan negara, namun juga masyarakat, baik dalam tataran individu ataupun komunitas. Pertanyaan besarnya, apa yang bisa masyarakat lakukan untuk melindungi diri dari COVID-19?
Langkah Individu
Semenjak WHO mengumumkan penyebaran COVID-19 sebagai pandemi global, beragam catatan upaya pencegahan disampaikan. Dalam tataran individu, pencegahan dilakukan melalui langkah-langkah sederhana, seperti menghindari menyentuh wajah, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menghindari kontak erat dengan kasus konfirmasi, menghindari kerumunan khususnya di wilayah dengan transmisi lokal, dan menggunakan masker dengan benar di ruang tertutup dan terbuka.
Sosialisasi yang masif menjadi kunci penting perubahan perilaku ini. Masyarakat perlu memahami droplet, percikan liur yang membawa COVID-19, terhitung partikel berat dan tidak bisa bertahan di udara. Kondisi ini menyebabkan COVID-19 bertahan di tempat-tempat umum yang bila tersentuh dan terhirup dapat menyebabkan infeksi.
Seiring waktu, upaya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap COVID-19 ikut berkembang. Beberapa rujukan teknis untuk mencegah penyebaran COVID-19 mendadak diperlukan oleh publik. Catatan dari CDC bisa memberi penjelasan detail terkait upaya pencegahan individu.
Pertama, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama kurang lebih 20 detik. Dalam periode pandemi setiap orang harus mengingatkan diri mencuci tangan. Adapun, pengingat itu diperlukan pasca mereka menghabiskan waktu di fasilitas umum, seperti kantor, stasiun, ataupun terminal. Jika air mengalir tidak tersedia, individu bisa menggunakan hand sanitizer dengan kadar alkohol di atas 60%.
WHO sendiri merumuskan cara mencuci tangan yang benar dalam 11 langkah dengan durasi total berkisar 40-60 detik. Poin pentingnya, telapak hingga sela-sela jari tangan harus tercuci bersih. Sementara itu, tangan yang tidak tercuci sama sekali tidak boleh menyentuh wilayah wajah.
Kedua, menghindari kontak dengan banyak orang atau berkerumun. CDC menyarankan menjaga jarak sekitar 6 kaki (kurang lebih 160 cm). Angka ini tentu bukan satu-satunya ukuran ideal. WHO justru menyarankan menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain. Kendati berbeda, baik WHO maupun CDC meminta masyarakat menjaga jarak dari orang dengan risiko tertular tinggi.
Orang-orang yang termasuk kategori itu ialah lansia berusia di atas 60 tahun ke atas dan orang-orang dengan penyakit bawaan, seperti diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan juga kanker. Namun, WHO dan CDC juga menekankan bahwa setiap individu perlu mewaspadai setiap orang. Sebab, orang tanpa gejala pun bisa membawa dan menyebarkan virus.
Ketiga, usahakan selalu menutupi bagian mulut dan hidung dengan masker (atau alat penutup lain) ketika bersama orang lain. Asumsi kewaspadaan ini sederhana, setiap orang bisa menyebarkan COVID-19 walau tidak merasakan gejala. Perlu diperhatikan juga, masker tidak direkomendasikan bagi anak di bawah usia dua tahun, sebab bisa memicu gangguan pernapasan.
Penggunaan masker bisa sangat mengurangi penyebaran virus, andaikata individu yang menggunakannya terinfeksi COVID-19, namun tidak menyadari. CDC menekankan individu juga tidak perlu menggunakan masker yang diperuntukkan bagi tenaga medis. Serta, perlu diingat penggunaan masker bukan berarti mengurangi kepatuhan menjaga jarak.
Tataran Komunitas
Upaya pencegahan dalam tataran komunitas sangat penting untuk memutus rantai penularan COVID-19. (Sumber gambar: Reuters)
Dalam tataran komunitas, pemerintah perlu memantau aktivitas masyarakat dengan ketat. Mencegah pergerakan massa adalah poin kunci pengendalian wabah pada tataran ini. WHO secara khusus bahkan menyediakan petunjuk tanya dan jawab perihal pencegahan komunitas yang bisa diakses secara bebas di laman digital mereka. Di sisi lain, beberapa lembaga kesehatan juga menurunkan petunjuk teknis pencegahan infeksi di lingkungan rawan komunitas, seperti rumah, sekolah, ataupun kantor.
Pertama, pencegahan penyebaran COVID-19 di rumah harus direncanakan mengikuti rutinitas harian di rumah. Perencanaan pencegahan harus melibatkan seluruh anggota keluarga di rumah. Perhatian khusus perlu diberikan bagi lansia berusia di atas 65 tahun. Anggota keluarga perlu memperhatikan atau setidaknya mengetahui tetangga yang teinfeksi COVID-19. Anggota keluarga juga perlu mengetahui pusat krisis atau kesehatan terdekat, serta membuat daftar kontak darurat, jika suatu hal buruk terjadi.
Beberapa tindakan rutin dan personal juga bisa dilakukan. Anggota keluarga sebaiknya saling menjaga jarak ketika salah satu di antaranya sakit. Bagi yang sedang sakit dianjurkan menetap di rumah, namun keluar rumah diperbolehkan untuk keperluan medis. Selalu menutup hidung dan mulut dengan tisu atau lengan baju ketika bersin ataupun batuk, serta rutinkan mencuci tangan. Dan yang paling penting, pastikan membersihkan permukaan objek-objek yang sering disentuh, seperti meja, saklar, gagang pintu, ataupun gagang lemari.
Kedua, pencegahan penyebaran COVID-19 di sekolah perlu dilaksanakan untuk melindungi staf dan pelajar. Pada masa pandemi COVID-19, sekolah perlu diposisikan sebagai lingkungan yang suportif dan aman bagi semua. Secara prinsip, pencegahan wabah di sekolah tetap mengikuti protokol kesehatan, namun beberapa teknis keselamatan kerja perlu ditambahkan.
Sekolah bisa mengelompokkan pelajar dan pengajar dalam kelompok-kelompok kecil dalam proses belajar sepanjang hari. Beberapa catatan menunjukkan individu yang berada dalam kelompok kecil lebih sulit terpapar virus. Tindakan ini bisa lebih efektif jika digabungkan dengan penetapan jadwal belajar alternatif. Dalam artian, satu kelompok pelajar dan pengajar datang ke sekolah pada satu hari dan kelompok lain datang pada hari yang lain juga.
Strategi rotasi kehadiran pelajar dan pengajar itu memang masih membutuhkan studi lanjut, namun jeda waktu pergantian kelompok bisa dimaksimalkan untuk membersihkan ruangan sesuai protokol kesehatan. Di samping itu, sekolah tetap harus mengedukasi protokol kesehatan dan tindakan pencegahan kepada seluruh staf dan pelajar, termasuk memastikan keberadaan alat peraga protokol kesehatan dalam bentuk poster, garis pembatas, ataupun rambu larangan di tempat-tempat strategis, seperti kantin ataupun ruang kelas.
Tentu, masih banyak strategi pencegahan penularan lain pada tataran komunitas. Namun pada dasarnya, prinsip utama pencegahan wabah adalah pelaksanaan protokol kesehatan. Adapun, institusi-institusi komunitas lainnya hanya mengalami tantangan penanganan wabah yang berbeda. Pencegahan di kantor, sebagai contoh, perlu melibatkan jajaran manajer antar-divisi untuk meningkatkan efektivitas. Di lain sisi, pencegahan di fasilitas komersial, seperti hotel perlu menekankan kedisiplinan petugas kebersihan.
Pada akhirnya, strategi penanganan wabah pada tataran individu ataupun komunitas selalu diperlukan. Pada masa pandemi, segala upaya pencegahan tidak hanya berfungsi melambatkan penyebaran, namun juga berdampak pada keselamatan nyawa banyak orang.
Penulis
Amru Sebayang