Kegawatdaruratan Kesehatan

Mengapa penting?

Wabah penyakit yang tidak terkendali menjadi suatu tantangan dalam dinamika pembangunan kesehatan. Ketidakmampuan sistem layanan kesehatan dalam mendeteksi dan mengantisipasi wabah penyakit memicu kemunculan krisis kesehatan berwujud epidemi, pandemi, maupun endemi. Seperti Pandemi COVID-19, krisis kesehatan yang bertransformasi menjadi krisis multidimensi bagi seluruh lini kehidupan. Pandemi ini juga mengungkap lemahnya pelayanan kesehatan di berbagai negara dalam mengantisipasi dan merespons pandemi, termasuk bagi Indonesia. 

Merespon Pandemi COVID-19, kami berusaha mengembangkan intervensi kegawatdaruratan yang terintegrasi dengan upaya penguatan layanan kesehatan primer. Dengan begitu, diharapkan intervensi yang diberikan dapat memberi dampak berkelanjutan untuk memitigasi kejadian kegawatdaruratan kesehatan di masa depan. Selain itu, intervensi kegawatdaruratan juga dilengkapi dengan riset dan advokasi agar kebijakan yang menopang penanganan krisis kesehatan juga dapat diperkuat.

Intervensi kami

Program

Pada tahun 2020, kami mengadaptasi model program Pencerah Nusantara untuk merespons kegawatdaruratan pandemi COVID-19 melalui penguatan peranan Puskesmas dengan fokus 5T (training, teaching, testing, tracing, dan treatment). Bersama PN COVID-19, sejumlah 13 orang muda interprofesi yang bergelut pada sektor kesehatan terseleksi untuk menjalankan program selama delapan bulan sejak Juni 2020 – Februari 2021 di empat titik Puskesmas yang tersebar di Kota Bandung dan Jakarta Utara.

Aktivitas yang dijalankan meliputi peningkatan kapasitas sumber daya, advokasi, dan pelibatan masyarakat dan lintas sektor, melakukan monitoring dan evaluasi, serta pendampingan program Puskesmas.

Lebih lanjut tentang capaian dan perjalanan PN COVID-19, di sini.

CISDI tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Solidaritas Berantas COVID-19 (SBC) sebagai inisiatif kolektif untuk membantu penanganan COVID-19 di Indonesia. Koalisi ini terbentuk dari gabungan ahli kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan profesional, pengamat kebijakan publik, serta organisasi masyarakat sipil dengan beragam latar belakang dan kepakaran. Aksi kolektif ini berupaya memantau proses pembuatan kebijakan publik dalam respons COVID-19 yang berpihak pada masyarakat.

Bersama SBC, CISDI menyelenggarakan rangkaian kelas daring bagi tenaga kesehatan, memberikan bantuan alat pelindung diri (APD), tes gratis bagi tenaga kesehatan, kampanye, dan edukasi publik melalui media sosial. Tidak hanya itu, kami juga menggalang gerakan orang muda dalam Koalisi Garda Muda Berantas COVID-19 (GMBC). Upaya advokasi juga dilakukan secara simultan untuk mendorong perubahan kebijakan melalui makalah posisi dan commentaries.

Bersama konsorsium ACTION (Active Citizens Building Solidarity and Resilience in Response to COVID-19), CISDI mengembangkan intervensi yang berfokus pada upaya berkelanjutan dalam merespons kegawatdaruratan kesehatan serta pemulihan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Upaya ini menekankan pada aspek ketangguhan di tingkat komunitas dalam menghadapi pandemi COVID-19 melalui Surveilans Berbasis Masyarakat, penguatan Satuan Tugas COVID-19, serta penguatan pengetahuan dan keterampilan untuk menunjang kebutuhan di tingkat lokal.

Langkah ini direalisasikan bersama 17 Puskesmas di 15 kecamatan yang tersebar di Jakarta Timur, Kota Makassar, Kabupaten Bogor, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Lombok Timur. Keterlibatan CISDI dalam konsorsium ACTION berlangsung sejak November 2020 dan berakhir pada Juli 2021 yang berfokus pada upaya kesehatan dan pemberdayaan kader.

Puskesmas Terpadu dan Juara (PUSPA) merupakan program kolaborasi CISDI bersama Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat untuk penanganan COVID-19 melalui penguatan Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Program ini menekankan pada pelibatan masyarakat yang menyeluruh (whole society approach) untuk berbagi peranan dan saling mendukung dalam pelaksanaan pengetesan (test), pelacakan (trace), dan perawatan pasien (treat).

Di tahun 2022, PUSPA dieskalasi menjadi program jangka panjang Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk memperkuat layanan kesehatan primer hingga Januari 2024.

Program Puskesmas Responsif-Inklusif dan Masyarakat Aktif (PN-PRIMA) menjadi upaya keberlanjutan model Pencerah Nusantara dalam mewujudkan layanan primer yang responsif pada kebutuhan masyarakat. PN-PRIMA menjangkau kelompok rentan secara inklusif pada, hingga memicu partisipasi aktif yang bermakna dari masyarakat.

Transformasi sekaligus inovasi yang diusung PN-PRIMA adalah pelibatan kader kesehatan sebagai subjek aktif untuk mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan primer di tingkat komunitas. PN-PRIMA bekerja sama dengan 21 Puskesmas yang tersebar di tiga wilayah mencakup Kota Depok, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bandung.

Riset

COVID-19 Likelihood Meter

COVID-19 Likelihood Meter (CLM) dikembangkan sebagai sistem pemetaan profil risiko tenaga kesehatan untuk memprediksi risiko petugas di fasilitas kesehatan dan membangun sistem peringatan dini yang dapat mendeteksi tren lonjakan kasus. Pemetaan yang dilakukan dapat menjadi dasar dalam penyusunan upaya mitigasi di fasilitas kesehatan. CLM dikembangkan bekerjasama dengan Nalagenetics dan Yayasan Satriabudi Dharma Setia.

Riset lainnya