Program Vaksinasi Telah Dimulai, Ini Beberapa Catatan yang Perlu Masyarakat Ketahui

Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia resmi dimulai dengan Presiden Joko Widodo sebagai penerima vaksin pertama. (Sumber gambar: Kompas)
Sesuai janji, Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang disuntikkan vaksin Sinovac pada Rabu (13/1) pagi. Peristiwa ini disiarkan langsung melalui YouTube Sekretariat Presiden. Mengikuti presiden, sederet tokoh masyarakat melaksanakan vaksinasi untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap program ini.
CoronaVac, jenis vaksin produksi Sinovac, mendapat fatwa halal dan suci dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Jumat (8/1) serta izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Senin (11/1). Berbekal restu kedua lembaga ini, pemerintah meminta masyarakat tidak berprasangka buruk terhadap keberadaan vaksin ini.
Juru Bicara Pemerintah Wiku Adisasmito menyebut vaksin kelak menciptakan kekebalan komunitas atau herd immunity. Vaksinasi juga berpeluang mengurangi transmisi atau penularan, menurunkan angka kesakitan, dan kematian akibat Covid-19.
Urutan Vaksinasi
Program vaksinasi terbagi dalam empat tahapan dengan pertimbangan ketersediaan, waktu kedatangan, dan profil keamanan vaksin. Hal ini didasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.
Tahap pertama berlangsung antara Januari dan Februari 2021 untuk 1,2 juta tenaga kesehatan di seluruh Indonesia. Tahap kedua berlangsung antara Maret dan April 2021 dengan target 17,4 juta petugas pelayanan publik dan 21,5 lansia. Berdasarkan keterangan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, vaksin Pfizer dan Astrazeneca, yang dalam uji klinis melibatkan peserta di atas usia 59 tahun, diharapkan datang pada April 2021.
Tahap ketiga dan keempat dilakukan pada April 2021 hingga Maret 2022 dengan sasaran 63,9 juta masyarakat rentan dan 77,4 juta masyarakat lainnya melalui pendekatan kluster. Untuk mencapai target program vaksinasi 181,5 juta jiwa, pemerintah perlu mengamankan setidaknya 468,8 juta dosis vaksin.
Tidak Menerima Vaksin
Meski program vaksinasi dimulai, calon penerima vaksin perlu memenuhi beberapa kriteria. Secara umum, vaksin tidak diperbolehkan bagi wanita hamil atau menyusui serta anak-anak di bawah 18 tahun, dikarenakan masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Sementara itu, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) tidak menyarankan pemberian vaksin Sinovac untuk orang dengan tekanan darah 140/90 atau lebih. Selain itu, kelompok yang pernah terkonfirmasi positif Covid-19 serta mengalami gejala dalam tujuh hari terakhir juga tidak boleh divaksin. Hal serupa berlaku bagi anggota keluarga serumah dari pasien kontak erat, suspek, dan konfirmasi.
Orang dengan penyakit jantung, autoimun, ginjal, reumatik, saluran pencernaan, kanker, diabetes, atau HIV, serta memiliki riwayat penyakit paru atau alergi parah juga tidak diperbolehkan menerima vaksin.
Kekebalan Komunitas
Herd Immunity atau kekebalan komunitas adalah perlindungan tidak langsung dari penyakit menular ketika suatu populasi imun terhadap penyakit tersebut. Herd immunity terbentuk dikarenakan imunitas yang berkembang ataupun vaksinasi. WHO menjelaskan orang yang sudah divaksin akan terlindungi dari penyakit menular sehingga mampu memutus rantai penularan dan melindungi kelompok rentan yang tidak dapat divaksin.
Untuk membentuk kekebalan imunitas, dibutuhkan sejumlah persentase masyarakat yang imun terhadap suatu penyakit. Persentase ini bervariasi tergantung situasi kesehatan. Sebagai contoh, untuk mencegah penyabaran campak dibutuhkan 95 persen populasi yang imun. Sementara, ambang batas polio sekitar 80 persen populasi imun.
Saat ini, proporsi jumlah masyarakat yang memerlukan vaksin untuk membentuk kekebalan komunitas masih tidak diketahui. Semakin rendah efikasi vaksin, semakin banyak jumlah populasi yang memerlukan vaksin. Dengan laporan efikasi vaksin Sinovac di Brazil yang turun menjadi 50,4 persen dan laporan efikasi uji klinis di Indonesia sebesar 65,3, pemerintah perlu menghitung ulang besaran cakupan vaksinasi masyarakat.
Meski efikasi rendah, tidak berarti suatu vaksin tidak berguna. Vaksin menurunkan risiko terinfeksi Covid-19 yang bergejala. Dengan kata lain, orang dengan vaksin lebih terlindungi kesehatan dan nyawanya. Namun, orang dengan vaksin harus tetap menerapkan protokol kesehatan, dikarenakan tetap ada risiko tertular dan menularkan Covid-19. Di sisi lain, proses vaksinasi juga berjalan panjang. Karenanya, penerapan 3T dan 3M tetap dibutuhkan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Tentang CISDI
Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) adalah think tank yang mendorong penerapan kebijakan kesehatan berbasis bukti ilmiah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaya, setara, dan sejahtera dengan paradigma sehat. CISDI melaksanakan advokasi, riset, dan manajemen program untuk mewujudkan tata kelola, pembiayaan, sumber daya manusia, dan layanan kesehatan yang transparan, adekuat, dan merata.
Penulis
Ardiani Hanifa Audwina
Amru Sebayang